Kamis, 24 Maret 2011

OKKOTS (pak parkir yang baik tiada tara)




Banyak kejadian lucu saat di makassar (tanah bugis). Saya banyak mengalami OKKOTS moment. Selain itu, ada juga pemberitaan tentang okkots di media, bisa di klik disini bagi yang penasaran, bagi yang tidak penasaran tetap harus klik yah (ngancem).
di Makassar, hal pertama yang saya cari pas pulang dari EROPA adalah “money changer”. Proses pencarian money changer sendiri terasa menyenangkan. Saya menyusuri banyak warung-warung makanan yang menggugah selera, warung coto, konro, mie titi. Tak banyak yang berubah di kota ini kecuali pengerukan pantai yang makin parah di sekitar pantai Losari. Yah baby, saya sedang berada di pusat peradaban okkots dunia, pusat tawuran mahasiswa, kota daeng, ibukotanya warung coto dan konro, serta kota pisang epe’. Lah kok makanan semuanya yah.




Saya menelusuri pantai dan di penghujung jalan saya akhirnya menemukan money changer. Yah one of the most famous money changers in Kota Daeng. Saya bergegas memarkir kendaraan. Saat parkir, seorang bapak separuh baya menghampiri. Dia sepertinya tukang parkir di tempat itu.
Dengan senyum terkulum dia mendekati saya. “Bapak mau tukar uan kah?” tanya nya dengan ramah
Saya mengangguk, membalas senyum nya dengan senyum yang lebih dikulum.
“Wah tempat tukar uan nya sudah tutup pak disini,
kalau sudah jang 5 sudah tutup” aksen Makassarnya si Bapak makin terasa.
Saya makin ngangguk ngangguk, mulai sadar kalo si Bapak ini pengidap okkots stadium 1.
“Jadi kira-kira money changer yang terdekat dimana yah Pak?”
Si Bapak dengan ramahnya memberi petunjuk, “Oh kebetulan kita (kantor ini) punya Caban di MongiMsidi. Itu buka sampai jang delapang“.
Saya yang baru tiba di Makassar setelah perjalanan panjang masih merasa amnesia tentang nama-nama jalan di Makassar. Mana ingat saya nama-nama jalan di Makassar. Saya mencoba dan terus mencoba mengembalikan ingatan tentang nama jalan, tapi tetap tak bisa. Yeah I am suck in memorizing places and names. Setidaknya dari si Bapak saya sudah punya 2 petunjuk:
1. Kantor ini punya cabam yang buka sampai jang delapang
1. Kantornya terletak di Mongimsidi
Berharap petunjuk lebih banyak, saya melanjutkan bertanya ke bapak itu, “Itu kalau mau ke Monginsidi, saya harus kemana yah Pak?”
Si Bapak ini sungguh ramah, dia pun mulai menjelaskan, “Jadi kalau dari sini bisa ke Ratulangi dulu, setelah itu nanti kalau dapat kantor Jepan, belok kiri. Kalau sudah kiri terus terus saja, nanti kantornya di sebelah kanang“.
Saya kenal jalan Ratulangi tapi saya belom begitu yakin belok nya dimana. So saya tanya lagi, “Pak, kalau mau belok, gedung apa yah yang bisa jadi penanda selain kantor kedutaan Jepang?”
“Oh kalau mau belok kanang, adek coba saja cari kantor Pe El Eng, itu persis di depang nya Kantor Jepan, kalau sudah dapat belot kiri”
Karena diucapkan dengan cepat, saya sedikit bingung. “Apa pak, kantor Pe eL eNG? itu kantor apa yah pak?”
Si Bapak makin semangat menjelaskan, “Itu dek, kantor yang urus urus listrip
Saya makin stres, tapi akhirnya bisa ngeh setelah terdiam lima detik dan menyelami kata kata serta maksud baik si Bapak.
Oh yeah I got it, maksudnya kantor PLN…..
Bermodalkan keterangan si Bapak, saya melanjutkan pencarian “money changer” saya. Ternyata tempatnya mudah ditemukan. Saya menyusuri Ratulangi dan berbelot kiri setelah kantor kedutaan Jepan yang letaknya persis di depan kantor Pe eL eNg. Yeah akhirnya dapat money changer.
Thanks to bapak tukang parkir yang baik hati dan okkots tiada tara. Semoga rejekinya dimudahkang Pak, Amiiiiing!!!!

1 komentar: